Medan, Ahad, 16 Maret 2025. Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence atau AI) memainkan peran krusial dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas di industri manufaktur melalui pengendalian kualitas dan optimasi produksi. Dalam pengendalian kualitas, AI dapat mengidentifikasi cacat produk secara real-time menggunakan sistem penglihatan komputer, yang menganalisis gambar produk selama proses produksi untuk mendeteksi ketidaksesuaian seperti bentuk yang salah atau cacat permukaan. Selain itu, AI mampu memantau produksi secara real-time untuk mendeteksi potensi bahaya keselamatan, seperti kebocoran gas atau mesin yang terlalu panas, sehingga tindakan pencegahan dapat diambil sebelum masalah terjadi. Dalam optimasi produksi, AI digunakan untuk mengelola rantai pasokan yang kompleks, memprediksi permintaan pasar, dan mengoptimalkan jadwal produksi, sehingga meningkatkan efisiensi operasional dan produktivitas kerja secara signifikan. Penerapan AI juga memungkinkan perusahaan untuk memantau dan memprediksi potensi kerusakan pada mesin, mencegah masalah produksi sebelum terjadi, yang pada akhirnya mengurangi downtime dan biaya perawatan. Secara keseluruhan, integrasi AI dalam proses manufaktur modern tidak hanya meningkatkan kualitas produk tetapi juga mengoptimalkan efisiensi produksi, memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar global.
Perkembangan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam pengendalian kualitas dan optimasi produksi di industri manufaktur telah mengalami evolusi signifikan sejak konsep awalnya. Pada tahun 1956, istilah “Artificial Intelligence” pertama kali diperkenalkan oleh John McCarthy dan rekan-rekannya pada konferensi di Dartmouth College, menandai dimulainya penelitian formal dalam bidang ini. Namun, penerapan AI dalam manufaktur baru mulai terlihat pada era 1980-an dengan munculnya sistem pakar yang membantu dalam pengambilan keputusan produksi. Kemajuan signifikan terjadi pada awal 2000-an seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan internet. Pada tahun 2006, Geoffrey Hinton memperkenalkan konsep deep learning, yang memungkinkan mesin memproses data dalam jumlah besar dan meningkatkan kemampuan analisis. Perusahaan seperti General Electric (GE) dan Siemens mulai mengadopsi AI untuk pemeliharaan prediktif dan optimasi proses produksi. Memasuki era Industri 4.0, AI digunakan secara luas dalam otomatisasi proses produksi, pemeliharaan prediktif, dan pengawasan otomatis, yang secara signifikan meningkatkan efisiensi operasional dan kualitas produk. Saat ini, perusahaan seperti Tesla dan Foxconn mengintegrasikan AI untuk menciptakan pabrik pintar dengan otomatisasi tinggi, meningkatkan fleksibilitas produksi dan kemampuan adaptasi terhadap permintaan pasar. Secara keseluruhan, evolusi AI dalam manufaktur telah membawa transformasi besar, meningkatkan efisiensi, kualitas, dan fleksibilitas produksi di industri manufaktur.