Medan, Ahad, 16 Maret 2025. Perkembangan teknologi manufaktur telah mengalami perubahan yang signifikan dari waktu ke waktu, memungkinkan sistem produksi yang lebih canggih, efisien, dan terintegrasi. Inovasi dalam bidang manufaktur tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga mengubah cara perusahaan mengelola sumber daya, tenaga kerja, dan proses produksi secara keseluruhan. Beberapa teknologi utama yang telah berkontribusi pada revolusi manufaktur meliputi robotika, komputerisasi, Internet of Things (IoT), dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Salah satu pencapaian besar dalam teknologi manufaktur adalah penerapan robotika dalam proses produksi. Penggunaan robot industri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1961 oleh perusahaan General Motors dengan robot Unimate, yang dirancang oleh George Devol dan dikembangkan oleh Joseph Engelberger. Robot ini digunakan untuk menangani tugas-tugas berat dan berulang, seperti pengelasan dan pemindahan material, sehingga meningkatkan efisiensi serta mengurangi risiko kecelakaan kerja. Seiring dengan perkembangan teknologi, perusahaan seperti FANUC, ABB, dan KUKA terus mengembangkan robot industri yang lebih canggih, termasuk robot kolaboratif (cobot) yang dapat bekerja berdampingan dengan manusia tanpa memerlukan pengaman khusus. Dampak dari robotika dalam manufaktur sangat besar, terutama dalam industri otomotif, elektronik, dan logistik, di mana robot memungkinkan produksi yang lebih cepat, presisi yang lebih tinggi, serta pengurangan biaya tenaga kerja.
Perkembangan teknologi komputerisasi juga membawa revolusi besar dalam sistem manufaktur. Sejak tahun 1950-an, komputer mulai digunakan untuk mengontrol mesin-mesin produksi, yang kemudian berkembang menjadi teknologi Computer Numerical Control (CNC) pada tahun 1960-an. CNC memungkinkan mesin-mesin produksi bekerja secara otomatis berdasarkan perintah yang diprogram dalam komputer, sehingga meningkatkan akurasi dan konsistensi produk. Salah satu tokoh penting dalam perkembangan CNC adalah John T. Parsons, yang mengembangkan konsep ini bersama MIT (Massachusetts Institute of Technology). Teknologi ini semakin berkembang dengan hadirnya Computer-Aided Design (CAD) dan Computer-Aided Manufacturing (CAM), yang memungkinkan desain dan produksi produk dilakukan secara digital. Dengan adanya sistem berbasis komputer, manufaktur modern dapat mengurangi limbah produksi, mempercepat waktu produksi, serta meningkatkan fleksibilitas dalam desain dan modifikasi produk.
Kemajuan berikutnya adalah integrasi Internet of Things (IoT) dalam proses manufaktur, yang semakin berkembang sejak awal 2010-an. IoT memungkinkan berbagai perangkat, mesin, dan sistem produksi saling terhubung melalui jaringan internet, sehingga menciptakan ekosistem manufaktur yang lebih cerdas dan efisien. Salah satu perusahaan yang mendorong penerapan IoT dalam manufaktur adalah Siemens melalui konsep Industry 4.0, yang diperkenalkan pada tahun 2011 di Hannover Messe, Jerman. Dengan adanya IoT, perusahaan dapat memantau performa mesin secara real-time, mengoptimalkan pemeliharaan prediktif, dan meningkatkan efisiensi operasional. Dampaknya sangat besar, terutama dalam industri manufaktur pintar (smart manufacturing), di mana produksi menjadi lebih fleksibel, efisien, dan mampu menyesuaikan diri dengan permintaan pasar yang dinamis.
Selain IoT, penerapan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam manufaktur juga semakin berkembang pesat. Sejak tahun 2010-an, perusahaan seperti IBM, Google, dan NVIDIA telah mengembangkan algoritma AI yang dapat digunakan dalam pengolahan data produksi, perawatan prediktif, dan kontrol kualitas otomatis. AI memungkinkan sistem manufaktur untuk menganalisis data besar (big data), mengoptimalkan proses produksi, dan bahkan melakukan perbaikan otomatis terhadap kesalahan produksi. Salah satu contoh nyata penerapan AI dalam manufaktur adalah sistem visi komputer yang digunakan dalam inspeksi kualitas produk, seperti yang diterapkan oleh Tesla dalam lini produksinya. Dengan adanya AI, industri manufaktur dapat mengurangi tingkat cacat produk, meningkatkan efisiensi energi, dan mengotomatisasi pengambilan keputusan berdasarkan data real-time.
Secara keseluruhan, perkembangan teknologi manufaktur terus mendorong efisiensi, produktivitas, dan inovasi dalam berbagai industri. Dari robotika hingga kecerdasan buatan, setiap teknologi memberikan kontribusi besar dalam menciptakan sistem manufaktur yang lebih cerdas dan berkelanjutan. Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, masa depan manufaktur diperkirakan akan semakin didominasi oleh otomatisasi, konektivitas digital, dan kecerdasan buatan, yang akan membawa industri ke tingkat efisiensi dan fleksibilitas yang lebih tinggi.